Tag

, , , ,

“Stay Hungry, Stay Foolish” – Steve Jobs

Tahun Baru 2012 sudah ada di depan mata. Kita akan segera meninggalkan tahun yang penuh warna, suka maupun duka di belakang.

Tidak ada yang perlu disesali. Tidak ada yang perlu ditakuti. Setiap yang pernah kita alami patut buat disyukuri.

Kemarin malam kalau ga salah, gue nonton film ‘Evan Almighty’. Film ini merupakan sekuel dari Bruce Almighty yang dibintangi Jim Carrey.

Kalau Bruce, si pengeluh dan selalu menyalahkan Tuhan, diberikan kesempatan (baca: pelajaran = P) untuk berperan sebagai Tuhan. Nah, si Evan ini adalah saingan si Bruce di stasiun tivi tempat mereka bekerja.

Evan menjalani semacam reinkarnasi dari Nabi Nuh. Dan Tuhan, yang diperankan oleh Morgan Freeman memberi tanggung jawab untuk Evan supaya dia membangun bahtera.

Gue yakin, kamu pasti pernah nonton film ini. Dan, ada satu adegan yang menarik buat gue pribadi. 

Dan adegan itu adalah ketika sang istri mulai muak dengan tingkah laku aneh si Evan. Bayangin, si Evan berubah dari pejabat yang elegan menjadi orang yang terobsesi untuk membangun sesuatu yang ga jelas. Sampai-sampai dipecat!! “Mau makan apa anak gue hah?” – Mungkin begitu pikiran si istri.

Dan ketika si istri pergi untuk menenangkan diri bersama anak-anaknya ke sebuah rumah makan. Di situ Tuhan berbaik hati menemuinya dalam rupa seorang pelayan. Kira-kira begini percakapannya:

Pelayan: Hai, maaf kalau saya lancang. Tapi sepertinya Anda tidak mengalami hari yang baik? Apakah benar?

Istri: (Nih orang siapa sih? Rempong deh ihhh…) Well… Anda benar. Dan saya tidak ingin membicarakannya. Ceritanya panjang.

Pelayan: Wah.. kebetulan sekali! Saya suka sekali cerita.. saya sendiri seorang pecerita, sampai-sampai orang menganggap saya sang pendongeng.

Istri: (hmm.. sepertinya dia orang yang baik) Well.. kamu tahu kan si manusia  bahtera yang baru-baru ini muncul di tivi?

Pelayan: Hahaha.. si Nabi Nuh dari New York? Ya, tentu saya mendengarnya. Dia ada dimana-mana.

Istri: Hahaha.. (ketawa dengan berat hati, “Tuh kan gue bilang juga ape, malah diketawain!!”) Iya.. dia suamiku. Tiba-tiba saja tingkahnya jadi gila. Kalau kamu jadi aku, kamu bakal ngapain?

Perhatikan! Di sini terjadi sesuatu yang indah.

Pelayan: Aku? Kalau aku akan menganggapnya sebagai kesempatan.

Istri: ???

Pelayan: Begini, biar kujelaskan. Kalau seseorang berdoa kepada Tuhan untuk menjadi lebih berani, apakah Tuhan akan memberikan dia keberanian.. atau kesempatan untuk menjadi berani?

Istri: . . .

Pelayan: Kalau seseorang berdoa untuk menjadi lebih baik. Apakah Tuhan memberikan dia kebaikan, atau kesempatan untuk berbuat baik?

Istri: . . . (Dia terus mendengarkan dengan seksama, tapi apa yang akan dikatakan berikutnya oleh si Pelayan akan menusuk hatinya)

Pelayan: Dan… apabila seseorang berdoa agar keluarganya semakin saling mencintai. Apakah Tuhan tidak akan memberikannya kesempatan untuk saling mencintai?

Sang istri langsung menatap si Pelayan dan kagum, betapa perkataan tersebut meresap sampai amat dalam. Memberikan perasaan hangat yang sudah lama tidak dirasakan dalam hatinya. Tiba-tiba saja dia dilingkupi oleh perasaan cinta kepada suaminya yang, ehm.. gila.

Sang istri sebenarnya pernah mengakui kepada Evan, apa yang paling sering didoakannya, yaitu supaya keluarganya semakin saling mencintai.

Tuhan memang menjawab doa kita dengan cara yang tidak pernah kita bayangkan.